Selasa, 29 Januari 2013

POLITIK DAN UANG MENODAI SEPAKBOLA INDONESIA

Bagikan Artikel Ini :
Dimulainya musim baru sepakbola di Indonesia bulan ini tidak begitu membawa kegembiraan pada Persija, klub sepakbola Jakarta yang sejarahnya dimulai 1928 pada masa penjajahan Belanda.

Kapten Persija dan pemain top lainnya melihat dari pinggir lapangan, karena belum menerima bayaran dalam lima bulan terakhir. Para pendukung klab masih menggerutu karena karena ada tim lain yang main dengan nama Persija, berikut seragam dengan warna yang sama, di liga tandingan. Harga tiket naik lebih dari 20 persen dalam musim terakhir.

Konflik berkepanjangan mengenai penguasaan sepakbola antara dua kelompok bisnis yang berafiliasi politik telah memporakporandakan olahraga ini. Ada dua liga yang bersaing, satu liga nasional yang melarang atau membuat pemain-pemain terbaik tidak ingin bergabung, tim-tim yang bangkrut, sponsor-sponsor yang lari, tuduhan permainan skor dan korupsi, serta kekisruhan organisasi.

Pada November, pemain Paraguay Diego Mendieta meninggal dunia di rumah sakit, dalam keadaan tidak dibayar gajinya selama empat bulan oleh klubnya di Solo. Meski sebab kematian tidak jelas, insiden tersebut merupakan indikasi lain kacaunya pengelolaan sepakbola di Indonesia.

Setelah tenggat Desember untuk menyelesaikan kekisruhan tak didengar, badan sepakbola dunia FIFA mengatakan akan melarang Indonesia dan klub-klubnya untuk mengikuti kompetisi pada Maret kecuali liga-liga tandingan dapat bersatu. Hal itu akan menghukum satu generasi pemain Indonesia dan penggemar untuk kesalahan-kesalahan pengelola, namun beberapa pihak dalam sepakbola mengatakan hal itu mungkin sebuah kejutan yang diperlukan untuk mendorong perubahan.
Jangan Lupa :

Labels

 
© 2013 AKHIRNYA KU TAHU - All Rights Reserved
Desain: DheTemplate.com | Main Blogger | Taru Sun

Template: Makeityourring Diamond Engagement Rings
Proudly powered: Blogger | Google | IDwebhost | Beritambah