Rabu, 17 Oktober 2012

SEMARANG TERANCAM TENGGELAM KARENA PENURUNAN PERMUKAN TANAH

Bagikan Artikel Ini :
Sebagian wilayah Kota Semarang, terutama yang berada di bagian utara terancam tenggelam seluruhnya akibat penurunan muka tanah (land subsidence).

Penurunan muka tanah terparah ada di kawasan sekitar pelabuhan yang mencapai 20–25 cm per tahun.Akibat penurunan muka tanah ini, banjir dan rob (limpasan air laut) sulit diatasi.

“Paling parah itu kawasan sekitar pantai terutama yang dekat dengan pelabuhan. Semakin menjauh, penurunannya semakin berkurang.Seperti kawasan Tanah Mas mencapai 10 cm per tahun dan kawasan di sekitar Stasiun Tawang mencapai 10–15 cm per tahun,” papar pakar Hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Nelwan kemarin.

Penurunan muka tanah semakin lama bertambah cepat. Hal ini disebabkan beberapa hal.Antara lain pengembangan pelabuhan yang mengeruk kolam labuh untuk tempat bersandar kapal serta pengambilan air bawah tanah yang tak terkendali.“ Di pelabuhan,pengerukannya mengakibatkan lapisan tanah di sekitarnya ikut ambles. Begitu juga dengan pengambilan air bawah tanah jadi semakin mempercepat penurunan muka tanah,” kata Nelwan. Fenomena alam itu sebenarnya pernah terjadi pada 1980, tapi tidak begitu parah.

“Daerah di Semarang, seperti di bagian utara itu jenis tanahnya adalah alluvial (tanah muda) yang terbentuk dari sedimentasi. Jadi adanya proses pemampatan menjadikan penurunan muka tanah.Namun, penurunan ini masih bersifat alamiah. Bukan seperti saat ini yang semakin parah,”ungkapnya. Akibat penurunan muka tanah ini, masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut menderita kerugian yang sangat besar. Selain sering tergenang banjir pada musim hujan, mereka juga harus merasakan banjir genangan rob ketika air laut pasang naik.

“Begitu juga rumah-rumahnya, tiap tahun lantainya harus ditinggikan agar tidak tenggelam.Kalau dilihat, banyak bangunan rumah yang jarak atap dengan tanahnya begitu dekat karena ambles,” ungkap Nelwan. Sukron, 43, salah seorang warga di RT 1/RW XV Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjungmas, Semarang Utara mengaku penurunan tanah terus terjadi tiap tahun. Untuk mengakali hal itu warga selalu meninggikan lantai rumah mereka agar terhindar dari rob.

“Seperti rumah saya itu, tiga tahun terakhir ini sudah sekitar 60 cm turunnya. Mau tidak mau ya lantai rumah harus ditinggikan terus,”tandasnya kemarin. Meski kerap ditinggikan, toh air rob selalu saja tak bisa dihindari. Peninggian hanya mampu mengurangi dampak rob yang terjadi. Seperti bangunan rumah baru milik salah seorang tetangganya pun terasnya sudah menyamai jalan yang ada di depan rumah.Padahal bangunan tersebut semula lebih tinggi dari jalan tersebut. Suripan, 47,warga RW XV juga mengakui hal serupa terjadi pada rumahnya. Kondisi penurunan tanah membuat warga yang menempati kawasan tersebut selalu melakukan perbaikan rumah.

“Bagi yang punya dana ya perbaikan rumah sekalian dengan meninggikan fondasi. Namun, bagi yang tidak memiliki dana, ya hanya menguruk lantai rumah terus menerus, sedangkan rumahnya ambles.Jendela misalnya, yang awalnya berjarak sekitar 1,5 meter,lama-lama tinggal 1 meter dari lantai rumah,” ungkapnya.


JANGAN LUPA DI LIKE FAN PAGE FACEBOOK DAN FOLLOW TWITTER KAMI

Jangan Lupa :

Labels

 
© 2013 AKHIRNYA KU TAHU - All Rights Reserved
Desain: DheTemplate.com | Main Blogger | Taru Sun

Template: Makeityourring Diamond Engagement Rings
Proudly powered: Blogger | Google | IDwebhost | Beritambah