"Setelah kami melakukan survei lokasi SMPN 79 yang menjadi induk baru ternyata jaraknya jauh sekali, padahal induk dari TKBM itu harus sekolah reguler yang terdekat, paling tidak satu kecamatan," kata salah satu pengurus TKBM Johar Baru, Helmi Ariestiani saat ditemui di Dinas Pendidikan, Jakarta Selatan, Rabu (17/10).
Selama ini, TKBM di Johar Baru berinduk dengan SMPN 28 dalam 10 tahun terakhir. Sedangkan tahun ini, TKBM Johar Baru bergabung dengan SMPN 79.
Helmi mengatakan, jarak tempuh sekolah yang cukup jauh membuat para siswa TKBM terbebani dengan tambahan biaya transportasi. "Jadi kami mendesak agar SMPN 28 segera kembali menjadi induk TKBM kami. Tidak ada alasan bagi Dinas Pendidikan, Sudin Pendidikan dan SMPN 28 menolak TKBM Johar Baru. Pemenuhan hak pendidikan tujuh siswa miskin ini harus menjadi prioritas," ujar Koordinator Divisi peralatan Publik ICW, Febri Hendri saat mendampingi siswa TKBM.
Febri menegaskan, jika SMPN 28 tidak menjadi sekolah induk dari TKBM Johar Baru, maka akan berdampak dengan sejumlah warga miskin lainnya. Sebab, jumlah warga miskin di daerah Johar Baru cukup banyak.
Sementara itu, Kasubag Umum Disdik Bambang Purwanto mengatakan sudah membuat kesepakatan dengan pihak SMPN 28 untuk kembali menjadi sekolah induk dari TKBM Johar Baru. "Permasalahannya menyangkut perkalian antara unit cost dan jumlah siswa. Namun, sudah bisa diatasi," ujar Bambang.
Selam ini, TKBM Johar baru sudah berdiri selama 10 tahun. Terdapat 3 kelas setingkat dengan SMP. Jumlah muridnya sendiri satu kelas maksimal 20 orang.
"Namun, kesini kesini menyusut. Kami biasanya belajar berpindah-pindah tempat. Sempat waktu itu belajar di kontrakan, namun karena tidak ada biaya untuk membayar kontrakan lagi, jadi kami pindah," tutur Helmi.