Nikmat Ramadhan bagi orang yang menjalankan ibadah puasa sehari penuh seperti air sungai yang mengalir tiada putus. Di tengah menahan lapar, haus dan mengendalikan hawa nafsu saat menunggu berbuka, ada kenikmatan batin yang dirasa.
Setidaknya ada dua fase keindahan yang menjadi kenikmatan batin tersebut diantaraNya ketika jalan sore mencari panganan khas untuk berbuka di berbagai pasar kaget yang tumbuh seperti jamur di musim hujan, setelah itu mendengar santapan rohani.
Menikmati ceramah ulama atau biasa disebut santapan Ramadhan dan berjalan sore di tempat keramaian para pedagang menjajakan panganan berbuka puasa merupakan dua tahap keindahan tersebut. Dapat dikatakan dalam satu jam itu umat Islam menikmati dua fase diantaranya keasikan jalan sore memilih dan melihat beraneka ragam panganan untuk berbuka yang dijajakan di berbagai pasar kaget dengan ciri khas makanan yang dijual masing-masing.
Lalu 30 menit kemudian berhadapan di televisi atau radio berkumpul bersama keluarga dirumah sambil berdiskusi membicarakan santapan Ramadhan yang sedang diceramahkan oleh ulama dengan topik yang berbeda setiap hari.
Berbuka di rumah bersama keluarga dengan kesederhanaan sungguh sangat dinantikan para keluarga umat Islam yang sakinah. “Saya selalu berusaha berbuka puasa bersama di rumah walaupun dengan makanan seadanya,” kata Dinda Putra Jaya yang menjabat Kepala Pusat Pasar Medan.
Menurutnya puasa di bulan suci Ramadhan memiliki keindahan yang tak dapat terkatakan, penantian anak dan istri menunggu keluarga berkumpul di rumah untuk berbuka puasa suatau hal yang sangat indah, katanya. Menikmati keindahan tersebut bagi umat Islam lainnya juga bervariasi, ada yang suka kesederhanaan dan ada yang suka berkumpul di suatu tempat asik yang bernuasa Islami.
Ada dua tempat asik yang asri dan tertata baik dengan nuansa seperti yang dikehendaki tersebut untuk menikmati datangnya saat berbuka puasa bersama keluarga saat ini, diantaranya Ramadhan Fair dan Masjid Raya Al Mashun.
Dua tempat yang berdampingan dan memiliki historis bagi umat Islam di Medan ini memiliki dua ciri khas yang berbeda pula, namun tidak membedakan umat Islam dalam melakukan ibadah karena ada keterkaitan yang tak dapat dipisahkan untuk soal itu.