Sebuah penelitian di Swedia menemukan bahwa para suami yang enggan membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga cenderung mudah mengalami kecemasan dan sulit berkonsentrasi. Tak hanya itu, para suami yang egois ini jantungnya juga lebih mudah berdebar-debar dibanding suami yang ringan tangan.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas Umea di Swedia ini melihat aspek tanggung jawab di rumah dan bagaimana pengaruhnya terhadap pasangan. Para peserta dalam penelitian memiliki usia yang relatif sama dan telah diteliti sejak tahun 1981 saat masih berusia 16 tahun.
Para peneliti menemukan bahwa suami pemalas, yaitu suami yang sangat sedikit membantu pekerjaan rumah tangga, ternyata lebih banyak mengalami tekanan psikologis dibanding suami yang rajin membantu istrinya. Selain itu, suami yang kurang rajin cenderung memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah dibanding istrinya.
"Secara keseluruhan di Swedia, perempuan masih melakukan sebagian besar pekerjaan rumah tangga. Namun, kami menemukan bahwa jauh lebih baik bagi laki-laki jika mau mengambil separuh pekerjaan rumah tangga," kata peneliti, Lisa Harryson.
Gangguan ini tak hanya dialami suami saja. Istri yang harus bekerja keras karena suaminya tak mau menyentuh pekerjaan rumah tangga juga lebih cepat lelah dan berisiko mengalami gangguan kesehatan.
Harryson mengatakan, meskipun Swedia memiliki budaya kesetaraan gender yang kuat, temuan ini tetap berlaku untuk negara-negara lain. Harryson juga menemukan bahwa kebanyakan peserta dalam penelitian merasa sulit mendiskusikan beban kerja dan peran gendernya di rumah.
Oleh karena itu, Harryson menyarankan pasangan untuk mendiskusikan perannya masing-masing. Pasangan harus mau mencoba melakukan hal-hal yang sebelumnya jarang dilakukan. Bertukar peran dalam urusan rumah tangga akan bermanfaat bagi pasangan.