Sabtu, 01 September 2012

CHEF, PROFESI MASA KINI

Bagikan Artikel Ini :



“I NEED SOMETHING rich…," gumam Chef Odi setiap akan bereksperimen menu baru. Apa yang dialami Odie Djamil, bisa jadi sering dialami oleh para chef di luar sana. Tidak bisa dipungkiri, karena makanan yang kurang ‘kaya’ atau ‘unik’ pasti tidak akan mengena di lidah penikmatnya. Apalagi menciptakan makanan bercita rasa lezat nan istimewa adalah tujuan akhir seorang chef saat keluar dapur.

Tengok saja berbagai menu yang disajikan di restoran dan hotel berbintang. Semua sajian tersebut tak lepas dari sentuhan ahli para chef. Tak hanya rasa, penampilan "anggun" makanan yang menggoda selera juga ditampilkan oleh mereka.

Bahkan profesi ini kian menjadi tren. Apalagi sejak adanya kompetisi masak di TV MasterChef baik di Australia, Amerika, hingga Indonesia dan munculnya celebrity chef, chef dianggap profesi yang menjanjikan. Sebagian orang pun banyak ‘banting stir’. Seperti Jonathan Frizzy misalnya. Namanya mungkin mulai jarang didengar di televisi sebagai pemain sinetron, tapi ternyata diam-diam ia mulai mengadu nasib di bidang kuliner untuk menjadi chef decorator.

Siapa itu chef?

Banyak orang yang menganggap chef atau koki adalah orang yang pintar memasak. Namun, sebenarnya sebutan chef ditujukan pada orang-orang yang memiliki kemampuan profesional dalam mengolah makanan.

Kata chef diambil dari bahasa Perancis, chef de cuisine yang berati kepala dapur. Di Inggris, sebutan chef untuk dunia kuliner berasal dari haute cuisine pada abad ke-19. Haute cuisine sama dengan gourmet atau makanan penuh seni. Di zaman ini, para bangsawan rela mengeluarkan uangnya demi menikmati makanan yang tak hanya memberikan cita rasa, tapi juga seni. Haute cuisine sendiri dikenal sebagai masakan Perancis yang dimasak dengan persiapan dan presentasi yang rumit serta membutuhkan keahlian.

Eropa kiblat kuliner

Perjalanan zaman, juga membuat dunia kuliner terus mengalami kemajuan dan inovasi. Seperti saat zaman abad pertengahan, nama Antoin Carême sangat dikenal pada masanya. Terbukti dengan sebutan 'King of Chef' yang melekat pada dirinya. Tangannya telah berhasil menyulap sajian rumit menjadi hidangan yang ringan dan mewah.

Selanjutnya muncul Geoges Auguste Escoffier sebagai figur utama dalam modernisasi haute cuisine pada sekitar tahun 1900 yang kemudian menjadi cuisine classique, yang mengubah cara penyajian yang tadinya service à la française, yaitu menyajikan seluruh hidangan secara bersamaan menjadi service à la russe, menyajikan makanan sesuai makanan pembuka, utama dan penutup.

Alasan mengapa kebanyakan chef saat ini adalah pria juga dikarenakan oleh aspek sejarah. Perjalanan kuliner di Eropa pun semakin pesat. Inilah yang membuat Eropa sebagai kiblat kuliner dunia. Mulai dari pengolahan, tata cara penyajian, hingga cara makan hampir semuanya bermula di sini.

Chef = pria

Meski wanita memiliki kodrat ‘penghuni’ dapur, namun faktanya chef banyak didominansi oleh kaum pria. Alasan yang paling mendasar adalah mereka memiliki sifat yang stabil dibandingkan wanita. Mereka tidak mengalami PMS layaknya wanita, yang mudah mengalami gangguan emosional dalam hal apapun.

Disamping itu, peralatan dapur yang digunakan cenderung berukuran besar dan berat. Tentunya, tenaga pria lebih banyak diandalkan dalam hal ini ketimbang wanita. Meski begitu, wanita yang menjadi chef juga masih dapat ditemui, namun tak sebanyak kaum pria.

Chef tak mesti sekolah kuliner?

Banyak pendidikan yang menawarkan basic kuliner. Namun, faktanya tak semua chef berasal dari sekolah kuliner. Meski begitu, mereka juga tak kalah saing dengan para lulusan sekolah kuliner. Toh, masakan yang dihasilkan juga tak kalah lezatnya, bahkan juga menjadi buruan.

Untuk menjadi seorang chef, ada banyak jalur yang bisa ditempuh. Mulai dari SMK jurusan tata boga atau jurusan perhotelan dan kemudian dilanjutkan ke akademi-akademi perhotelan atau Sekolah Tinggi Pariwisata. Tentunya, lulusannya tak langsung bergelar chef, kecuali setelah lulus langsung membuka usaha restoran dan menjadi chef-nya.

Untuk menjadi seorang chef, butuh pengalaman dan jam terbang yang tinggi, karena kalau sudah menjadi chef maka bukan hanya kemampuan memasak yang dibutuhkan, tetapi sudah menjadi luas, yaitu kemampuan berorganisasi. Pada dasarnya persyaratan seorang chef akan sama dengan persyaratan seorang pemimpin karena nantinya dia adalah seorang pemimpin di dapur.

Odie Djamil dan Jonathan Frizzy adalah dua orang yang bergelut dalam dunia kuliner. Dua pria tampan ini memang sedang ‘mengadu’ keberuntungan di dunia kuliner. Odie, memang tak sekolah kuliner, tapi jangan diragukan keahliannya dalam dunia pastry. Namanya cukup populer di jejaring sosial Twitter sebagai ahli macaron, begitu juga di kalangan wanita penggemar masak karena pria usia 26 tahun ini kerap memberikan demo dan berbagi ilmu kuliner.

Tak jauh beda dengan Jonathan Frizzy. Pria yang akrab disapa Ijonk ini mulai menjajaki dunia kuliner di bawah bimbingan Yudi Harijono, pemilik Couter Cake. Sejak awal tahun ini Ijonk mulai berlatih keras untuk menjadi seorang cake decorator. Kita tunggu kiprah mereka selanjutnya.


Jangan Lupa :

Labels

 
© 2013 AKHIRNYA KU TAHU - All Rights Reserved
Desain: DheTemplate.com | Main Blogger | Taru Sun

Template: Makeityourring Diamond Engagement Rings
Proudly powered: Blogger | Google | IDwebhost | Beritambah