"Jika tahun ini terjadi resesi, tahun depan ekonomi akan mulai menanjak walau secara perlahan," ujarnya dalam konfrensi pers yang digelar di Wisma Bakrie I di Jakarta, Jumat 23 November 2012.
Kendati demikian, Vikram menilai perekonomian dunia ke depan masih akan menemui ketidakpastian. Ketidakpastian ekonomi tersebut, masih bersumber dari gejolak krisis di Eropa dan bagaimana perbaikan ekonomi di China dan Amerika.
Ia menjelaskan, Eropa masih memiliki pekerjaan rumah yang besar, yaitu pengaturan utang dan memperbaiki keuangan yang belum membaik. Menurut Vikram, negara-negara Eropa harus mengeluarkan resolusi bersama yang bisa mengeluarkan jeratan krisis finansial yang melanda benua biru tersebut.
Selain itu, mantan kepala ekonom Asia Timur dan Pasifik sekaligus direktur Bank Dunia ini memperkirakan pada 2013, ekonomi China akan merangkak naik, dan ini merupakan kabar baik untuk perekonomian dunia.
"Selain itu, kebijakan Amerika juga masih akan berpengaruh karena tidak bisa dipungkiri kalau mereka adalah kekuatan ekonomi terbesar dunia," katanya.
Di balik ketidakpastian Eropa, Amerika dan China, menurut Vikram, terselip titik terang dari pasar-pasar negara dengan ekonomi berkembang (emerging market). Emerging market ini, seperti Indonesia, akan terus tumbuh dan menjadi fenomena luar biasa di perekonomian dunia.
Ia menjelaskan, Indonesia akan memimpin negara emerging market dengan pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen. Diikuti negara tetangga, Malaysia. Menurut Vikram, juga menunjukkan performa yang amat baik dengan tumbuh sebesar lima persen walau dalam keadaan pemilihan umum.
"Negara Asia lainnya seperti Thailand juga mengalami recovery dengan amat baik," ujarnya.