dari 30 juru masak dan pekerja dapur umum, yang berada di bawah naungan koperasi Istiqlal hanya 20 saja. Sisanya yang sepuluh orang dikontrak hanya selama Ramadhan. Tumiran, suami Tini, juga masuk daam 20 juru masak. Sehari-hari, ia menjaga kedai bakso koperasi jika di luar Ramadhan. Namun untuk sekarang ini diperbantukan di dapur umum.
Jadwal kerja mereka tak berhenti. Pagi hari, mereka mulai bekerja dari pukul 08.00 WIB, dan selesai pukul 15.00 WIB. Setelah semua menu takjil dikemas, mereka mengantarnya ke bagian cleaning service Masjid Istiqlal yang berada dekat pintu masuk Ar-Razzaq. Cleaning service selama Ramadhan bertugas juga sebagai Petugas Takjil Istiqlal.
Dengan semua pekerjaan ini, Tini mengaku bersyukur dan mengambil banyak hikmahnya. Dulu, ketika bekerja di perusahaan minyak wangi, ia digaji tiap dua minggu sekali. Sekarang, ia digaji tiap bulan. Dukanya, ia hanya bisa menjumpai putranya semata wayang yang dititipkan ke saudaranya, tiap lebaran tiba. Kalaupun kangen, ia cukup menelpon saja.
Tini mengaku, tiap kali belanja segala kebutuhan, semuanya dibayar cash. Itu ia lakukan setiap hari. Ia enggan mengatakan butuh berapa banyak rupiah untuk membeli semua kebutuhan seperti sayur, minyak goreng, cabe, daging, telur, bumbu dan lainnya. "Sebenarnya, kalau soal itu rahasia mas. Yang jelas, lebih dari 10 juta lah," ungkapnya sambil tersipu malu.
"Alhamdulillah saya syukuri semua nikmatnya. Soalnya saya bisa ketemu sama semua orang. Kalaupun libur, saya tetap harus belanja karena sudah tugas saya. Ketemu anak pas lebaran doang. Kita baru dapat libur pas malam takbiran. Biasanya, kalau anak saya kangen ya datang ke Jakarta pas liburan. Libur lebaran dapat seminggu," terang Tini.