Pertama, mengoptimalkan kinerja Trans Jakarta, baik melakukan optimalisasi layanan yang selama ini ada maupun menambah jalur dan bus yang ada. Kedua, optimalisasi kereta api Jabodetabek. Ketiga, mengintegrasikan sarana transportasi yang ada (Trans Jakarta dan kereta api) dengan angkot. Cara ini memang sedang diusahakan oleh Jokowi untuk mengintegrasikan angkot-angkot yang ada dengan Trans Jakarta dan kereta api.
"Tidak ada pilihan lain dari ketiga alternatif moda transportasi tersebut," kata Bambang saat peluncuran buku "Transportasi dan Investasi" di Gramedia Grand Indonesia Jakarta, Selasa (29/1/2013).
Menurut Bambang, ketiga alternatif moda transportasi ini diharapkan akan bisa menekan kemacetan Jakarta, khususnya dari ketersediaan transportasi umum. Cara ini bisa dilakukan secara jangka pendek.
Sementara proyek Mass Rapid Transport (MRT) ataupun monorel, Bambang menilai dua alternatif moda transportasi ini akan memiliki jangka waktu pembangunan proyek cukup lama.
"Jadi ini bukan masalah handal atau tidak (untuk proyek MRT dan monorel), sebab dua moda ini perlu waktu lama untuk membangun. Memang kita akan menuju ke sana. Tapi untuk jangka pendek, pemerintah daerah atau kota hanya memiliki opsi itu. Ini adalah solusi terbaik sebelum MRT atau monorel ada," tambahnya.
Di sisi lain, pemerintah juga akan membangun rel layang. Proyek ini sedang direncanakan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero tahun ini. Harapannya, proyek ini akan bisa direalisasikan dalam dua tahun mendatang.
"Itupun kalau tidak melakukan pembebasan lahan. Soalnya masih ada wacana pembangunan rel layang ini di atas rel KAI yang ada, jadi tidak perlu pembebasan lahan," tambahnya.