Selasa, 16 Oktober 2012

SEORANG WARGA TERKENA HIV SETELAH MELAKUKAN TRANSFUSI DARAH

Bagikan Artikel Ini :
Seorang perempuan berinisial Di, warga Desa Biuku Tanjung, Kecamatan Bangko Barat terjangkit human immunodeficiency virus (HIV).

Musibah ini menimpanya diduga akibat proses tranfusi darah yang ia terima sekitar satu setengah bulan lalu.

Kini, keluarga besar Di akan meminta pertanggungjawaban pihak RSUD Kolonel Abundjani yang dinilai teledor, karena ada pendonor yang terinfeksi HIV tapi lolos dari pemeriksaan.

Informasi yang diperoleh Tribun, awal kejadian tersebut saat Di melahirkan anak keduanya di RSUD Kol Abunjadi Bangko, sekitar satu setengah bulan lalu.

Saat persalinan tersebut, Di mengalami kekurangan darah. Akhirnya, pihak keluarga mencari para pendonor.

Saat proses transfusi darah itu, keluarga sudah mendapatkan tiga kantong darah. Hanya saja, karena Hb masih rendah, maka disarankan agar ditambah satu kantong darah lagi.

Dua hari setelah mendapatkan transfusi darah tersebut, Di mengalami gatal-gatal di sekujur tubuhnya. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa itu hanya akibat alergi.

Selang satu bulan kemudian, Di kembali jatuh sakit yaitu kulitnya ada bintik merah dan juga merasakan gatal-gatal.

"Saya kemudian membawa istri saya ke klinik praktek yang ada di dekat rumah sakit. Setelah diperiksa darahnya, ternyata disampaikan bahwa ada indikasi terinfeksi HIV," kata De, suami Di

Mendapat kabar tersebut, seluruh keluarga merasa kaget dan syok. Belum merasa puas dengan hasil pemeriksaan di klinik, pihak keluarga kemudian membawa Di untuk kembali mengecek darah di Jambi.

Hasilnya, tetap sama, yaitu positif terjangkit HIV. Berdasarkan penuturan juru bicara keluarga, Dedi Darmantias yang juga Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DPTPH) Merangin, pihak keluarga kemudian melakukan penelusuran, mengapa bisa terinfeksi HIV.

"Saya mendengar ini juga kaget. Ini musibah bagi keluarga kami, karena yang semula sehat, malah jadi sakit, karena kita menduga, ada kelalaian dalam proses pemeriksaan di RSUD, pada saat pendonor diambil darahnya," ujar Dedi.

"Untuk itu, kami dari pihak keluarga meminta pertanggungjawaban tersebut. Kalau memang tidak ada titik temu, tentu ada langkah-langkah yang akan kita lakukan. Maklum saja, korban ini merupakan orang tidak mampu," imbuhnya.

Menurut Dedi, mengapa keluarga menyatakan bahwa Di terinfeksi dari proses transfusi tersebut?Ini dibuktikan dengan hasil tes darah satu orang pendonor yang juga masih saudara.
Pendonor yang bernama MZ alias Su (inisial) ini setelah diperiksa darahnya, ternyata memang positif mengidap HIV.

"Su ini bekerja di Malaysia. Karena kebetulan atasan di tempat kerjanya ini juga masih saudara, kami meminta agar diperiksa darahnya. Hasil pemerisksaan di RS Johor, Malaysia, hasilnya juga positif. Ini bukti hasil pemeriksaan sudah dikirim," kata Dedi sambil memegang hasil pemeriksaan darah Su dari RS Johor Malaysia.

Jadi, lanjut Dedi, kalau memang dari awal sudah terinfeksi, mengapa saat jadi pendonor, bisa lolos pemeriksaan. Apakah ini keteledoran dari petugas yang memeriksa atau peralatan yang memang sudah tidak layak.

"Ini menyangkut nyawa keluarga kami. Coba, sekarang mereka sudah sakit dan juga harus menanggung beban psikologis. Orang menyangka yang tidak-tidak kalau sudah berbicara masalah HIV ini. Padahal tidak, Di sudah menjadi korban dan bisa dikategorikan malpraktik," kata Dedi.

Khawatir Nasib Anaknya
Air mata Di terlihat berkaca-kaca saat mengingat apa yang telah menimpa dirinya. Saat orang-orang berkunjung dan ingin melihat kondisinya, ia malah semakin sedih.

Bagaimana tidak, berbagai versi dan pendapat disampaikan mengenai HIV itu sendiri.
"Ada yang bilang, HIV itu tidak ada obatnya. Bisa menular kepada yang lain, dan sebagainya. Kalau mendengar ini, rasanya sudah tidak ada harapan lagi," kata Di.

Tidak hanya itu, satu bulan sebelum mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV, anaknya yang baru dilahirkan telah meminum air susu (ASI). Bahkan, anaknya yang pertama, juga pernah ikut meminum ASI-nya.

"Kami waktu itu tidak tahu kalau keno penyakit itu. Karena waktu itu kehabisan susu formula, makonya dikasih ASI. Adolah sebulan dio minum ASI," ungkap Di.

"Sekarang mau bagaimana lagi. Saya memikirkan nasib anak saya ini. Kalau hanya saya saja yang tertular, saya siap menerimanya. Ini ada dua anak saya," imbuh Di sambil mengusap air matanya.

Orangtua Di pun mengaku tidak bisa berbuat banyak. Terlebih lagi mereka hanya masyarakat awam dan tidak mengerti hukum. Oleh karena itu, semuanya diserahkan kepada Dedi Darmantias untuk jalan keluarnya.


JANGAN LUPA DI LIKE FAN PAGE FACEBOOK DAN FOLLOW TWITTER KAMI

Jangan Lupa :

Labels

 
© 2013 AKHIRNYA KU TAHU - All Rights Reserved
Desain: DheTemplate.com | Main Blogger | Taru Sun

Template: Makeityourring Diamond Engagement Rings
Proudly powered: Blogger | Google | IDwebhost | Beritambah