Keputusan Valentino Rossi untuk berpisah dengan Ducati mulai musim depan dan kembali ke Yamaha, menuai kritik dan sindiran keras dari rivalnya, Casey Stoner. Tak tanggung-tanggung, Stoner mencela Rossi sebagai tukang protes dan pengecut.
Disebut tukang protes karena Stoner merasa Rossi beserta kepala mekaniknya, Jeremy Burgess, hanya pandai bicara dan menjual janji saat awal-awal bergabungnya The Doctor bersama Ducati. Tapi yang terjadi selama dua musim belakangan, Rossi hanya komplain tentang motornya yang tak juga bisa dijinakkan .
The Kurri Kurri Boy juga menyebut jawara tujuh kali MotoGP itu sebagai rider pengecut. Disebut demikian dengan asumsi bahwa Rossi dianggap tak memberikan upaya terbaiknya. Stoner menilai Rossi tak mencurahkan usaha terbaiknya untuk menebus kepercayaan yang diberikan Ducati.
Bagi Stoner, omong kosong bila Ducati tak berkembang selama dua tahun terakhir ini. Saat Stoner bersama Ducati, rider yang kini menunggang Honda Repsol itu bisa juara di tahun 2007 dengan motor yang sama, meski cc-nya beda. Itu membuktikan bahwa keliaran power Ducati bisa dijinakkan – jika memberikan upaya terbaik.
“Jelas, dia (Rossi) tak mau memberikan upaya terbaiknya bersama Ducati. Saya hanya merasa kasihan kepada Ducati karena hasil yang diberikan Valentino masih minim dan dia hanya bisa protes tentang motornya, hampir selama dua tahun,” kritik Stoner.
Tapi yang ada selama ini dihasilkan Rossi, hanya dua podium. Padahal, dulu Rossi menjual janji. Bahkan janji tersebut diperkuat lagi ketika Burgess ikut menghuni Ducati. Burgess pernah jumawa akan menjinakkan Ducati dalam jangka waktu yang singkat.
“Mereka menelan kembali ludah mereka sejak hari pertama. Jerry (sapaan Jeremy Burgess) mengatakan bahwa dia bisa memperbaiki masalah motor dengan waktu 80 detik! Dia mengira masalahnya sederhana, tapi sampai sekarang mereka gagal kompetitif,” celanya lagi.
“Sudah jelas bahwa Valentino tak mau memberi usaha terbaik dan dia hanya mengaku bahwa motornya tak sempurna. Berkali-kali dia menelan ludahnya sendiri, itu tidaklah lucu. Walau begitu, publik masih saja memaafkannya,” tandas Stoner.