Belum lama ini Jakarta dihebohkan oleh kabar tentang mobil-mobil mewah Ferrari dan Porsche yang berkeliaran sebagai taksi. Reaksi warga beragam, mulai dari bersemangat sampai meragukan.
Lalu kebenarannya terungkap. Ini bukan taksi, melainkan sebuah upaya promosi dari bank terbesar di Indonesia, Bank Mandiri.
Kisahnya dimulai saat sebuah perusahaan yang menamakan dirinya “MM Cab” meluncurkan promosi sebuah “jasa transportasi mewah” via situs internet dan Twitter pada awal bulan ini. Mereka terlihat menawarkan dua mobil, Porsche Boxster dan Ferrari 360 Modena, lengkap dengan cat kuning dan lampu khas taksi di atap. Media cetak dan televisi mulai ramai memberitakan taksi-taksi mewah ini.
Bagi sebagian warga Jakarta, ini adalah langkah yang lumrah untuk mengimbangi mal-mal megah dan toko barang mewah yang sudah bertebaran di ibu kota. Beberapa orang di internet membandingkan layanan ini dengan Uber, rental mobil mewah di San Francisco (AS).
Tapi bagi yang lain, ini adalah bisnis yang aneh. Di kota dengan nyaris 10 juta penduduk ini, rata-rata kecepatan mobil di jalanan hanya mencapai 20 kilometer per jam. Kecepatan sebuah mobil sport tak akan banyak berguna. Lagipula, kursi penumpangnya kecil dan tak bisa dibilang nyaman.
Lalu, masalahnya mulai terlihat: perusahaan ini tidak benar-benar ada. Taksi ini tidak memiliki izin, nomor polisinya pun bukan asli. Departemen Perhubungan belum pernah mendengar perusahaan bernama MM Cab, dan kepolisian mengancam akan mengamankan taksi-taksi itu. “Perusahaan” itu, yang tidak memberikan data kontak di situsnya, menyatakan mobil-mobil itu digunakan untuk keperluan syuting video, tapi tidak memberikan perincian.
Dua pekan lalu, pengunjung situs MM Cab mulai dialihkan ke sebuah iklan yang mempromosikan iklan aplikasi mobile banking. Kini jelas bahwa ini semua hanyalah promosi rumit yang dirancang oleh Bank Mandiri.
Budi G. Sadikin, direktur perbankan mikro dan ritel di Mandiri, berkata kepada media bahwa perusahaannya menghabiskan sekitar Rp 2 miliar untuk promosi ini, termasuk penyewaan dua mobil sport itu. Menurut Budi, merek mobil itu dipilih karena “canggih dan indah, seperti aplikasi yang kami buat.” Aplikasi untuk iPhone dan Android itu memungkinkan penggunanya melakukan aktivitas perbankan seperti transfer uang, pembayaran tagihan kartu kredit, dan pembelian pulsa telepon.
Budi menampik anggapan bahwa promosi ini menyesatkan atau tidak jujur. Ia berkata ini adalah marketing tool yang efektif. Perusahaan itu juga menerbitkan artikel pendek tentang promosi itu di situs resminya.
Para follower MM Cab di Twitter, yang sudah melebihi 6.000 akun pada saat mereka tweet untuk terakhir kali pada 18 Juli, mendapat link ke video yang memamerkan mobil-mobil MM Cab di jalanan kota Jakarta. Dalam video sepanjang empat setengah menit yang diterbitkan di laman Facebook MM Cab itu, para penumpang terlihat menikmati perjalanan, dan sesekali berteriak ketika jalanan cukup lengang untuk bisa dipakai mengebut. Setelah tiba di tujuan, penumpang kemudian bercerita di depan kamera mengenai serunya berkendara dengan mobil sport. Setelah dipancing si pengemudi, mereka sepakat bahwa pengalaman ini “membuat hidup lebih indah.”
Masih belum jelas, apakah promosi rumit ini merupakan cara yang cerdas untuk menyebarkan pesan yang diinginkan Bank Mandiri.