|
BERITA |
OLAHRAGA |
HUMOR |
SEKS |
RAMALAN BINTANG |
"Mereka mengajukan permohonan ijin untuk menggunakan film Linimassa sebagai materi penunjang mata pelajaran "Indonesia: Second Languange" di tingkat Senior Secondary (setara SMA)", kata Donny Utoyo, Direktur Eksekutif ICT Watch.
Mata pelajaran itu bertujuan untuk membangun kemampuan siswa SMA di Australia untuk berkomunikasi dan memahami beragam konteks di Indonesia.
Film Linimassa yang diproduksi oleh ICT Watch dan Watch Doc ini mengisahkan bagaimana masyarakat di Indonesia menggunakan internet dan sosial media untuk membuat perubahan dan memberdayakan orang-orang di sekitarnya.
Ini adalah film dokumenter pertama dan satu-satunya di Indonesia yang fokus pada isu tentang pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan Internet dan media sosial. Film ini sudah terbit dalam 2 edisi. Linimassa 1 diproduksi tahun 2011, sedangkan Linimassa 2 pada 2012.
Kehadiran kedua film ini disambut sangat antusias oleh masyarakat Indonesia, termasuk para blogger. Film ini ditonton dalam bentuk kegiatan 'nonton bareng' hingga sebagai dijadikan sebagai bahan diskusi di berbagai kampus lokal maupun luar negeri.
Film yang sudah dibubuhi subtitle berbahasa Inggris ini juga telah mendapatkan Surat Tanda Lulus Sensor (STLS) dari Lembaga Sensor Film. Linimassa juga telah di-upload ke YouTube agar dapat diakses dan dimanfaatkan publik.
Film Linimassa dibuat dengan menggunakan lisensi Creative Commons, jadi siapapun boleh menggunakan, menggandakan dan mendistribusikannya selama untuk keperluan edukasi (non-komersial).
DVD-nya juga dapat dipesan secara terbatas dan akan dikirimkan secara cuma-cuma bagi mereka yang ingin melakukan kegiatan nonton bareng ataupun diskusi di kampus. Saat ini ICT Watch juga sedang menggelar kompetisi menulis resensi film Linimassa 2 yang berhadiah total 8 juta Rupiah.
