Ifan (37), salah seorang menantu Harun yang mengurus jenazah korban di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto (RS Polri), Kramat Jati, Jakarta Timur, menuturkan bahwa mulanya, pihak keluarga tak mengetahui mengenai kecelakaan yang menimpa lelaki beranak lima itu.
Informasi mengenai tewasnya Harun, menurutnya justru disampaikan oleh seorang petugas berseragam yang mengaku dari Polda Metro Jaya.
Petugas itu, menurut Ifan, langsung mendatangi rumah Harun di Jalan Semangka I No.99, Cibodas Sari, Tangerang. Kedatangan seseorang tak dikenal pada pagi hari itu, sempat dicurigai oleh keluarga.
"Untuk meyakinkan saya, dia menelepon seseorang, mungkin pimpinannya. Katanya dari Polda Metro Jaya. Dia minta keluarga untuk datang langsung ke RS Polri," kata Ifan.
Sesampainya di rumah sakit sekitar pukul 16.00 WIB, pihak keluarga didatangi oleh beberapa anggota kepolisian berbaju sipil. Mereka menurutnya, meminta keluarga untuk segera membawa korban secepatnya.
"Kami disuruh bawa korban cepat-cepat, supaya urusannya cepat selesai. Semua biaya ditanggung pihak penabrak yang katanya sudah mau damai. Di rumah saya juga sudah banyak (polisi)," ungkap Ifan.
Tak hanya itu, keganjilan berikutnya yang ditemui pihak keluarga, menurut Ifan, adalah ketika mendengar desas-desus yang menyebut pengemudi BMW X5 yang menabrak Daihatsu Luxio yang ditumpangi oleh Harun, merupakan anak seorang pejabat.
Namun, hingga kini menurutnya, pihak kepolisian seolah bungkam menuturkan kronologis kecelakaan yang terjadi sekitar pukul 05.45 WIB itu.
"Sampai sekarang, saya menunggu penjelasan soal kronologisnya. Ada yang aneh aja. Mereka nggak bilang secara jelas kronologisnya," kata Ifan.
Selain keluarga Harun, keanehan lain dialami oleh keluarga korban Raihan (1,5). Seperti diketahui, anak bungsu dari pasangan Eman (37) dan Enung (30) ini menjadi korban tewas lainnya dalam peristiwa itu.
Mulanya, Eman sang ayah, yang sudah berada di RS Polri, ingin berbagi kisah sedihnya kepada wartawan. Tapi, menjelang siang, ayah tiga anak itu ditarik oleh dua orang berbadan tegap, yang mengajaknya berbincang secara tertutup di sebuah rumah makan dekat RS Polri. Entah apa yang dibicarakan. Namun, Eman yang semula ingin bercerita, mendadak bungkam. Beberapa pertanyaan wartawan selanjutnya tak digubris Eman.
Belum jelas identitas kedua pria itu. Namun, salah satu dari mereka yang mengenakan baju bergaris abu-abu dan celana loreng, tampak sibuk bolak-balik mengurus para korban di ruang piket forensik. "Mau ngambil jenazah M Rehan," kata lelaki itu kepada petugas kamar jenazah.
Dikarenakan tak dapat menunjukkan pernyataan tolak otopsi dan surat pengambilan jenazah dari pihak keluarga, permintaan pria itu sempat ditolak. "Kita tak bisa keluarkan, karena kita harus sesuai prosedur yang ada. Harus ada surat yang mewakili keluarga untuk menolak autopsi," kata petugas forensik.
Jenazah Raihan akhirnya dibawa oleh pihak keluarga sekitar pukul 19.00 WIB, menggunakan mobil ambulans berpelat nomor B 2895 BI. Sementara jenazah Harun dibawa petugas sekitar pukul 20.00 WIB.
Kecelakaan itu bermula saat Luxio bernopol F 1622 CY sedang melaju di lajur tiga Tol Jagorawi dari arah Jakarta ke Bogor. Tepat di Km 3+500, sekitar pukul 05.45 WIB, tiba-tiba Luxio diseruduk BMW X5 bernopol B 272 HR yang datang searah dari belakang dengan kecepatan tinggi.
Akibat kuatnya benturan dari kendaraan BMW itu, pintu Luxio terbuka dan penumpang di dalamnya jatuh terpental. Diduga sopir BMW sedang mengantuk saat melajukan kendaraan mewah itu.